Selengkapnya......
Sabtu, 25 September 2010
Jumat, 03 September 2010
Interaksi Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Interaksi radiasi gelombang elektromagnetik ketika mengenai materi lebih menunjukkan sifat dualisme gelombang - partikel yaitu efek foto listrik, efek Compton, dan produksi pasangan.
1. Efek Foto Listrik
Dalam peristiwa efek foto listrik, foton yang mengenai materi akan diserap sepenuhnya dan salah satu elektron orbital akan dipancarkan dengan energi kinetik yang hampir sama dengan energi foton yang mengenainya.
Gambar 11: peristiwa efek foto listrik
Efek fotolistrik timbul karena interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan electron-elektron dalam atom bahan. Dalam peristiwa ini energy foton diserap semuanya oleh electron yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga electron tersebut terlepas dari ikatan inti atom. Efek fotolistrik terutama trjadi pada foton berenergi rendah, yaitu berkisar antara 0,01 Mev hingga 0,5 Mev dan dominan pada energy foton dibawah 0,1 Mev. Radiasi elektromagnetik dengan energy fotonnya kecil akan berinteraksi dengan elektron-elektron yang berada diorbit luar atom.Semakin besar energy foton maka elektron-elektron yang berada pada orbit lebih dalam akan dilepaskan.
Elektron yang terlempar ke luar dari atom yang paling mungkin berasal dari electron dikulit K. Energi foton datang (hv) sebagian besar berpindah ke electron fotolistrik dalam bentuk energy kinetic elektrondan sebagian sangat kecil dipakai untuk melawan energy ikat electron (Be). electron terlempar selanjutnya dapat melakukan proses ionisasi atom-atom lain di dalam bahan. Besar energy kinetic fotoelektron (Ek)dalam peristiwa ini adalah
Ek = hv – Be
2. Efek Compton
Peristiwa efek Compton sangat menyerupai efek foto listrik kecuali energi foton yang mengenai materi tidak diserap sepenuhnya sehingga masih ada sisa energi foton yang dipantulkan atau dibelokkan.
Gambar 12: peristiwa efek Compton
Hamburan Compton terjadi apabila foton dengan energy hv berinteraksi dengan electron bebas atau electron yang tidak terikat secara kuat oleh inti, yaitu electron yang berada pada kulit terluar dari atom. Electron dilepaskan dari inti atom dan bergerak dengan energy kinetic tertentu disertai foton lain dengan energy lebih rendah dibandingkan foton dating. Foton lain itu disebut dengan foton hamburan dengan energy hv ‘ dan terhambur dengan sudut θ terhadap foton datang. Karena ada energy ikat elektron yang harus dilawan, meskipun sangat kecil, hamburan Compton ini termasuk proses interaksi inelastik.
3. Produksi Pasangan
Peristiwa ini menunjukkan kesetaraan antara massa dengan energi sebagaimana diperkenalkan pertama kali oleh Einstein. Bila sebuah foton yang mengenai materi berhasil “masuk” sampai ke daerah medan inti (nuclear field) dan mempunyai energi lebih besar dari 1,022 MeV maka foton tersebut akan diserap habis dan akan dipancarkan pasangan elektron – positron. Positron adalah anti partikel dari elektron, yang mempunyai karakteristik sama dengan elektron tetapi bermuatan positif.
Gambar 13: peristiwa produksi pasangan
Produksi pasangan terjadi karena interaksi antara foton dengan medan listrik dalam inti atom berat. Proses ini hanya dapat terjadi dalam medan listrik di sekitar partikel bermuatan, terutama dalam medan sekitar inti. Dalam proses produksi pasangan, dapat dianggap bahwa foton berinteraksi dengan atom secara keseluruhan. Jika interaksi ini terjadi, maka foton akan lenyap. Sebagai gantinya timbul sepasang electron-positron. Karena massa diam electron/positron ekuivalen dengan 0,51 Mev maka produksi pasangan hanya dapat terjadi pada energy foton dating ≥ 1,02 Mev.
v Þ e+ + e-
Secara energetik ini dapat terjadi tentunya hanya apabila energi foton :
Hv > 2m0c2 = 1,02MeV
dengan mo massa elektron (=massa positron)
produksi pasangan dapat terjadi apabila energi foton lebih besar dari 1,02 MeV. Zarah positron telah diramalkan oleh PAM Dirac tahun 1929. Hal ini timbul dari penelaahannya mengenai teori kuantum relativistik.
Dalam hal-ihwal positron ini teori mendahului eksperimen. Baru tahun 1932 positron ditemukan secara eksperimen oleh Anderson di CALTECH (California Institute of Technology). Hal itu terjadi pada saat Anderson sedang melakukan percobaan-percobaan mengenai sinar kosmos dengan kamar kabut (Wilson).
Pada tahun tigapuluhan itu banyak fisikawan mempelajari radiasi pengion yang datang dari kosmos. Deteksinya dilakukan dengan pencacah Geiger-Muller secara sendiri, atau pencacah GM yang dikaitkan dengan suatu kamar kabut. Apabila suatu radiasi pengion melalui kamar kabut maka jejaknya dapat dilihat sebagai butir-butir kondensasi. Ini terjadi karena ion-ion udar dalam kamar kabut itu merupakan inti-inti kondensasi. Dengan pemotretan jejak itu dapat direkam dan dianalisa. Studi-studi semacam ini dapat membedakan jejak sinar a, elektron, atau pun sinar gama.
Dengan menempatkan seluruh kamar kabut dalam medan magnet, maka dapat pula diperkirakan muatan zarah yang membuat jejak. Dalam jejak itu Anderson menemukan jejak suatu zarah yang mirik elektron, kecuali tentang muatannya yang positif (positron).
Kekekalan energi mensyaratkan bahwa energi foton hn harus memenuhi :
hv = E+ + E-
dengan E+ dan E- secara berturut-turut adalah energi relativistik positron dan elektron. Apabila tenaga kinetik dinyatakan dalam K, maka berlaku.
E+ = K+ + m0c2
dan
E- = K- + m0c2
Oleh karena itu kekekalan energi mempersyaratkan
hv = K+ + K- + 2 m0c2
dengan ..mo = 9,11.10-31 kg
c = 3,00.10sm/s
2 m0c2 = 1,022 MeV
Selengkapnya......
Radiasi Gelombang Elektromagnetik (Foton)
Radiasi ini merupakan pancaran energi dalam bentuk gelombang elektro- magnetik atau foton yang tidak bermassa maupun bermuatan listrik. Terdapat dua jenis radiasi yang berbentuk gelombang elektromagnetik yaitu sinar gamma dan sinar-X.
1. Gamma
Radiasi gamma dipancarkan oleh inti atom yang dalam keadaan tereksitasi (bedakan dengan atom yang tereksitasi). Setelah memancarkan radiasi gamma, inti atom tidak mengalami perubahan baik jumlah proton maupun jumlah neutron.
Sinar-γ tidak dibelokkan baik oleh medan listrik maupun medan magnet. Sinar-γ ini merupakan radiasi elektromagnetik yang tidak bermassa dan tidak bermuatan sehingga diberi notasi oγo. Sinar-γ menpunyai sifat yang sama dengan sinar-X, namaun panjang gelombangnya lebih pendek dibandingkan sinar-X.
Atom yang memancarkan sinar-γ tidak akan mengalami pengurangan nomor atom maupun nomor massa, hanya atomnya saja yang berada dalam keadaan tereksitasi kembali ke keadaan dasar. Atom yang tereksitasi biasanya terjadi pada atom yang melakukan pemancaran sinar α maupun sinar β, dan untuk mencapai tingkat energi dasar atau keadaan stabil atom tersebut melakukan pelepasan energi melalui pemancaran sinar-γ. Oleh sebab itu pemancaran sinar-γ ini biasanya menyertai pemancaran sinar α maupun sinar β.
Dari penjelasan diatas, maka sifat dari sinar gamma adalah sebagai berikut:
Ø Merupakan radiasi yang menyerupai sinar-X, tetapi panjang gelombang lebih pendek.
Ø Daya ionisasi sangat kecil
Ø Kecepatan sama dengan kecepatan cahaya (c)
Ø Daya tembus sangat besar
Baik sinar γ maupun sinar X keduanya merupakan radiasi elektromagnetik yang menbawa energy dalam bentuk paket-paket yang disebut dengan foton. Ionisasi yang dihasilkannya sebagian besar melalui proses ionisasi sekunder. Jadi, dalam hal ini jika sinar γ dan sinar X berinteraksi dengan materi, hanya beberapa pasang ion primer saja yang terbentuk. Ion-ion primer itu selanjunya melakukan proses ionisasi sekunder sehingga diperoleh pasangan ion yang lebih banyak dibandingkan yang terbentuk pada proses ionisasi primer.
Apabila radiasi elektromagnetik memasuki bahan penyerap, maka intensitas radiasi itu saja akan berkurang. Sedang radiasi elektromagnetik yang lolos dari bahan penyerap tidak mengalami pengurangan energi. Dilihat dari daya tembusnya, radiasi elektromagnetik memiliki daya tembus paling kuat dibandingkan dengan radiasi partikel yang dipancarkan inti radioaktif. Sebaliknya, daya ionisasi radiasi elektromagnetik ini paling lemah bila dibandingkan dengan sinar alfa dan sinar beta. Karena sifatnya sebagai gelombang elektromagnetik, maka kecepatan gerak radiasi elektromagnetik ini di udara sama besarnya dengan kecepatan cahaya.
Sebenarnya dikenal dua jenis sinar-X yaitu yang dihasilkan oleh atom dalam keadaan tereksitasi (sinar-X karakteristik) dan yang dihasilkan oleh proses interaksi radiasi partikel bermuatan (brehmsstrahlung).
Gambar 10: produksi sinar-X karakteristik
Perbedaan kedua jenis sinar-X di atas, selain asal terjadinya, adalah bentuk spektrum energinya. Sinar-X karakteristik bersifat “discreet” pada energi tertentu sesuai dengan jenis unsurnya, sedangkan brehmsstrahlung bersifat kontinyu.
Selengkapnya......
Rabu, 01 September 2010
Radiasi Partikel tak Bermuatan (Neutron)
Radiasi ini merupakan
pancaran energi
dalam bentuk
partikel neutron
yang tidak bermuatan
listrik dan
mempunyai massa
1 sma (satuan massa atom).
Radiasi ini lebih
banyak dihasilkan
bukan oleh
inti atom
yang tidak
stabil (radioisotop) melainkan oleh proses reaksi inti seperti contoh sumber AmBe di
atas
ataupun reaksi fisi di reaktor nuklir.
Karena tidak bermuatan
listrik, mekanisme
interaksi radiasi
neutron lebih
dominan secara mekanik, yaitu peristiwa tumbukan baik secara elastik
maupun tidak elastik. Sebagaimana radiasi partikel bermuatan, radiasi
neutron juga mempunyai potensi melakukan reaksi inti.
Neutron merupakan partikel penyusun inti atom yang
bermassa 1 sma dan tidak bermuatan listrik, sehingga diberi notasi on1.
Radiasi neutron dari inti atom sebetulnya sulit terjadi. Meskipun demikian,
pemancaran neutron ini biasanya hanya terjadi pada unsure-unsur hasil fisi
dengan waktu paro yang sangat pendek. Contoh
dari hasil pemancaran neutron adalah
53I137 → +1βo + 54Xe137
(t1/2) = 3,84 menit)
54Xe137 → on1 + 54Xe136 (stabil)
Untuk lebih jelasnya efek radiasi dalam medan
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Tumbukan elastik
Tumbukan elastik adalah tumbukan di mana total energi kinetik partikel- partikel sebelum dan sesudah tumbukan tidak berubah. Dalam tumbukan elastik antara neutron dan atom bahan penyerap, sebagian energi neutron diberikan ke inti atom yang ditumbuknya sehingga atom tersebut terpental sedangkan neutronnya dibelokkan/dihamburkan.
Gambar 7: peristiwa tumbukan elastik
Tumbukan elastik terjadi bila atom yang ditumbuk neutron mempunyai massa yang sama, atau hampir sama dengan massa neutron (misalnya atom Hidrogen), sehingga fraksi energi neutron yang terserap oleh atom tersebut cukup besar.
2. Tumbukan tidak Elastik
Proses tumbukan tak elastik sebenarnya sama saja dengan tumbukan elastik, tetapi energi kinetik sebelum dan sesudah tumbukan berbeda. Ini terjadi bila massa atom yang ditumbuk neutron jauh lebih besar dari massa neutron. Setelah tumbukan, atom tersebut tidak terpental, hanya bergetar, sedang neutronnya terhamburkan.
Dalam peristiwa ini, energi neutron yang diberikan ke atom yang ditumbuknya tidak terlalu besar sehingg setelah tumbukan, energi neutron tidak banyak berkurang. Oleh karena itu, bahan yang mengandung atom-atom dengan nomor atom besar tidak efektif sebagai penahan radiasi neutron.
3. Reaksi Inti
Bila energi neutron sudah sangat rendah atau sering disebut sebagai neutron termal (En < 0,025 eV), maka kemungkinan neutron tersebut “ditangkap” oleh inti atom bahan penyerap akan dominan sehingga membentuk inti atom baru, yang biasanya merupakan inti atom yang tidak stabil. Peristiwa ini yang disebut sebagai proses aktivasi neutron, yaitu mengubah bahan yang stabil menjadi bahan radioaktif. Peristiwa aktivasi neutron ini juga dapat disebabkan oleh neutron cepat meskipun dengan probabilitas kejadian yang lebih rendah.
Selengkapnya......